PENDAHULUAN
Penekanan pada pembelajaran telah memungkinkan siswa untuk
mengambil alternatif self-directed untuk belajar. Dalam kelas berpusat pada
guru, guru adalah sumber utama untuk pengetahuan. Oleh karena itu, fokus
belajar adalah untuk mendapatkan informasi seperti yang proctored kepada siswa,
memberikan alasan tentang mengapa belajar hafalan atau menghafal catatan guru
atau kuliah adalah norma beberapa dekade yang lalu. Di sisi lain, berpusat pada
siswa kelas sekarang norma mana belajar aktif sangat dianjurkan. Siswa sekarang
meneliti materi yang berkaitan dengan keberhasilan akademis dan produksi
pengetahuan dipandang sebagai standar. Agar guru memfasilitasi kelas yang
berpusat pada siswa, ia harus menjadi sadar akan berbagai latar belakang-nya atau
peserta didik nya. Untuk itu, penggabungan praktek pendidikan seperti dalam Taksonomi
Bloom dan Teori Howard Gardner mengenai teori kecerdasan. Beberapa diantaranya
dapat bermanfaat bagi kelas yang berpusat pada siswa karena mempromosikan
berbagai modus gaya belajar yang beragam, sehingga mengakomodasi gaya belajar
bervariasi dari siswa.
Dalam makalah ini kami sedikit akan
menjelaskan mengenai Student Centered Learning dan beberapa pendekatan
dalam sistem tersebut. Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan bisa memberikan
sedikit gambaran tentang Student Centered Learning beserta dengan teori
dan metode yang ada.
PEMBAHASAN
Student Centered Learning memungkinkan
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses penemuan belajar dari sudut
pandang otonom. Siswa menghabiskan waktu seluruh kelas membangun pemahaman baru
tentang materi yang dipelajari dengan cara proaktif. Berbagai tangan-kegiatan
yang diberikan dalam rangka untuk mempromosikan pembelajaran yang sukses. Unik,
namun gaya belajar khas didorong dalam kelas yang berpusat pada siswa, dan
menyediakan siswa dengan alat bervariasi, seperti tugas-dan belajar-sadar
metodologi, menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi siswa untuk belajar.
[1] Dengan menggunakan keterampilan belajar yang berharga, siswa mampu mencapai
tujuan pembelajaran seumur hidup, yang selanjutnya dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa di kelas. Penentuan nasib sendiri teori berfokus pada sejauh mana
perilaku individu adalah motivasi diri dan 'ditentukan sendiri'. Oleh karena
itu, ketika siswa diberi kesempatan untuk mengukur pembelajaran mereka, belajar
menjadi intensif. [2] Karena belajar dapat dilihat sebagai bentuk pertumbuhan
pribadi, siswa didorong untuk memanfaatkan self-regulation praktek dalam rangka
untuk merenungkan karyanya. Oleh karena itu, pembelajaran juga dapat
konstruktif dalam arti bahwa siswa berada dalam kontrol penuh dari nya atau
belajar nya. Selama beberapa dekade terakhir, pergeseran paradigma dalam
kurikulum telah terjadi di mana guru bertindak sebagai fasilitator di kelas
yang berpusat pada siswa.
Alasan Student Centered Learning harus diintegrasikan
ke dalam kurikulum, antara lain :
1)
Memperkuat
motivasi belajar siswa
2)
Meningkatkan
komunikasi peer
3)
Mengurangi
perilaku yang mengganggu
4)
Membangun
hubungan guru-murid
5)
Mendorong
penemuan / pembelajaran aktif
6)
Tanggung
jawab untuk belajar sendiri
Beberapa
pendekatan dalam Student Centered Learning
Strategi Pembelajaran Kooperative (Cooperative Learning)
A.
Ruang Lingkup dan Tujuan
Pembelajaran yang bernaung pada prinsip konstruktivisme,
pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran dengan pembentukan suatu
kelompok belajar yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat/sebaya tetapi
heterogen kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, yang kesemuanya saling bekerja
sama.
Tujuan
pembelajaran kooperatif adalah disusun dalam usaha untuk meningkatkan
partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan,
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama dengan siswa yang berbeda. Jadi dalam
cooperative learning siswa berperan ganda, yaitu sebagai siswa dan sebagai
guru/tutor. [1]
B.
Efek Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
Kooperatif (Cooperative Learning) memiliki efek yang sangat penting dan
luas terhadap keragaman ras, satra, budaya, sosial, kemampuan dan
ketidakmampuan.
Tiga efek utama dalam cooperative learning, antara lain :
a)
Efek
terhadap perilaku kooperative.
Mayoritas
orang sangat menjunjung tinggi perilaku kooperatif dan sangat percaya bahwa
perilaku tersebut sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, terutama dalam
kegiatan ekstrakurikuler.
b)
Efek
toleransi terhadap keanekaragaman.
Penelitian
dari Johnson dan Johnson menunjukkan bahwa kooperatif learning tidsak hanya
mempengaruhi toleransi dan penerimaan pada siswa berkebutuhan khusus, tetapi
juga mendukung ntercapainya hubungan yang lebih baik diantara siswa-siswa
dengan ras dan etnis yang beranekaragam.
c)
Efek
pada prestasi akademik.
Selain
membantu meningkatkan perilaku kooperatif dan toleransi bersamaan dengan itu,
juga dapat membantu meningkatkan prestasi akademiknya. [2]
C.
Langkah Pembelajaran Kooperatif.
Terdapat
enam langkah dalam penerapan pembelajaran kooperatif, antara lain:
1)
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
2)
Menyajikan
informasi
3)
Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok kooperatif
4)
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
5)
Evaluasi
6)
Memberikan
penghargaan [3]
D.
Variasi Dalam Model Pembelajaran Kooperatif.
1)
Students
team division achievement (STAD)
2)
Tim
ahli (Jigsaw).
3)
Investigasi
Kelompok.
4)
Think
Pair Share (TPS).
5)
Numbered
Head Together (NHT). [4]
E.
Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
a)
Pembelajaran
secara team.
b)
Berdasarkan
managemen kooperatif.
c)
Kemauan
untuk bekerja sama.
d)
Ketrampilan
bekerja sama.
F.
Prinsip Pembelajaran Kooperatif
a)
Ketergantungan
positif.
b)
Tanggungjawab
perseorangan.
c)
Interaksi
tatap muka.
d)
Partisipasi
dan komunikasi.
e)
Prosedur
pembelajaran kooperatif.
f)
Penjelasan
materi.
g)
Belajar
dalam kelompok.
h)
Penilaian.
i)
Pengakuan
tim. [5]
G.
Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
1.
siswa
dapat mandiri dalam berfikir dan menemukan informasi
2.
siswa
dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan pendapat, ide, gagasan
3.
menumbuhkan
sikap respek dan toleransi
4.
membantu
memberdayakan siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar
5.
membantu
meningkatkan prestasi akademik, klehidupan sosial, tenggang rasa, harga diri,
hubungan interpersonal, ketrampilan manajemen waktu
6.
meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah
7.
siswa
dapat meningkatkan penggunaan informasi dan pengaplikasian pada kenyataan.
8.
Meningkatkan
motivasi dan stimulus untuk berfikir.
H.
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
1.
Dalam
memahami dan mengerti SPK dibutuhkan waktu yang panjang.
2.
Harus
ada timbal balik dalam pembelajaran kooperatif
3.
Penilaian
didasarkan pada hasil kerja kelompok
4.
Dalam
membangun kesadaran kelompok dibutuhkan waktu yang panjang. [6]
Strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Bassed Learning)
A.
Ruang Lingkup dan Tujuan SPBM
Pengajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini berusaha membantu siswa untuk
memproses informasi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri
tentang dunia sosial dan sekitarnya.
B.
Fitur Khusus SPBM
Para
pengembang PBL, Cognition and Technology Group mendeskripsikan bahwa
model instruksional ini memiliki fitur sebagai berikut :
1)
Pertanyaan
atau masalah perangsang
2)
Fokus
interdisipliner
3)
Investigasi
autentik
4)
Produksi
artefak dan exhibit
5)
Kolaborasi
C.
Manfaat SPBM
Menurut
Sudjana, manfaat khusus dari pembelajaran ini adalah peran guru untuk mambantu
para siswa merumuskan tugas-tugas dan bukan menyajikan tugas pengajaran. Objek
dari pembelajaran ini bukan berasal dari buku, melainkan dari sumber masalah
yang ada disekitarnya.
D.
Langkah Pelaksanaan SPBM
Siswa
perlu memahami bahwa maksud dari strategi PBL adalah untuk
belajar tentang cara menyelidiki permasalahan yang dihadapi dan berusaha
menjadi pembelajar yang mandiri.
Terdapat
lima langkah utama dalam strategi PBL, antara lain :
1)
Memberikan
orientasi tentang permasalahannya kepada siswa.
2)
Mengorganisasikan
siswa untuk meneliti.
3)
Membantu
investigasi mandiri dan kelompok.
4)
Mengembangkan
dan mempresentasikan artefak dan exhibit.
5)
Menganalisis
dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. [7]
John
Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah,
antara lain :
1.
Merumuskan
masalah.
2.
Menganalisis
masalah.
3.
Merumuskan
hipotesis.
4.
Mengumpulkan
data.
5.
Pengujian
hipotesis.
6.
Merumuskan
rekomendasi pemecahan masalah. [8]
E.
Variasi dalam SPBM
a)
Tugas-tugas
perencanaan.
b)
Tugas
interaktif.
c)
Lingkungan
belajar dan tugas manajemen.
d)
Assesmen
dan evaluasi.[9]
F.
Keunggulan SPBM
1.
Problem
solving merupakan teknik yang baik dalam memahami isi pelajaran
2.
Dapat
menantang kemampuan siswa dan memberikan kepuasan dalam menemukan pengetahuan
baru
3.
Meningkatkan
aktivitas pembelajaran siswa
4.
Membantu
siswa dalam transfer of knowledge untuk memahami permasalahan kehidupan nyata.
5.
Dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan menyesuaikan diri
dengan pengetahuan baru.
6.
Memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat mengaplikasikan pengetahuan baru.
7.
Dapat
mengembangkan minat siswa untuk terus belajar, secara formal dan nonformal.
G.
Kelemahan SPBM
1.
Saat
siswa tidak memiliki minat dan rasa percaya diri, maka mereka enggan untuk
mencoba dan mempelajarinya.
2.
Keberhasilan
SPBM membutuhkan waktu yang relatif lama untuk persiapannya.
3.
Tanpa
adanya pemehaman dasar tentang permasalahan tersebut, maka siswa tidak akan
berusaha mempelajarinya. [10]
Pembelajaran Aktif (Active Learning)
A.
Ruang Lingkup dan Tujuan
Active Learning
dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan
pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
Dari
pengertian diatas, maka diperoleh dua aspek utama Active
Learning , yaitu : Pertama, dipandang dari sisi proses
pembelajaran, Active Learning menekankan kepada aktivitas
siswa secara optimal, artinya Active Learning menghendaki keseimbangan
antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual,
dan Kedua, dipandang dari sisi hasil belajar Active Learning
menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan
intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik).
Tujuan utama dari Active Learning adalah membentuk siswa
yang cerdas, bersikap positif, dan terampil. Selain itu juga terdapat tujuan
khusus dari pendekatan Active
Learning, yaitu : Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna
dan Mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa.[11]
B.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Active Learning
Keberhasilan
penerapan Active Learning dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain :
1)
Guru,
meliputi : aspek kemampuan guru, sikap profesionalisme, latar belakang dan
pendidikan guru, serta pengalaman mengajar.
2)
Sarana
belajar, meliputi : Ruang kelas, Media dan sumber belajar.
3)
Lingkungan
belajar.[12]
C.
Model pembelajaran aktif
·
Model
Berbagi Pengalaman.
·
Model
Kartu Arisan.
·
Model
Example Non Example.
·
Model
Picture And Picture.
·
Model
Cooperative Script.
·
Model
Numbered Head Together (NHT).
·
Model
Artikulasi.
·
Model
Mind Mapping.
·
Model
Make a Match.
·
Model
Debat.
·
Model
Role Playing.
·
Model
Talkingstick.
·
Model
Bertukar Pasangan.
·
Model
Snowball Throwling.
·
Model
Student Facilitator and Expalining.
·
Model
Course Review Horay.
·
Model
Explisit Instruction.
·
Model
Cooperative Integrated Reading And Composition.
·
Model
Inside Outside Circle.
·
Model
Tebak Kata.
·
Model
Word Square.
·
Model
Scramble.
·
Model
Take And Give.
·
Model
Concept Sentence. [13]
Metode pembelajaran yang dapat diintegrasikan dengan Active
Learning, antara lain :
·
Metode
Audio-Visuals.
·
Metode
Curah Pendapat.
·
Metode
Studi Kasus.
·
Metode
Demonstrasi.
·
Metode
Penemuan.
·
Metode
Jigsaw.
·
Metode
Kegiatan Lapangan.
·
Metode
Ceramah.
·
Metode
Diskusi Kelompok.
·
Metode
Pembicara Tamu.
·
Metode
Tulis Berantai.
·
Metode
Debat.
·
Metode
Bermain Peran.
·
Metode
Simulasi.
·
Metode
Tugas Proyek.
·
Metode
Presentasi.
·
Metode
Penilaian Sejawat.
·
Metode
Bola Salju.
·
Metode
Kunjung Karya.[14]
Strategi
Pembelajaran Inkuiri
Ruang Lingkup
dan Tujuan
Strategi Pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa.
Tujuan dari SPI adalah Pertama, strategi inkuiri menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya
strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Kedua, seluruh
aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari permasalahannya dan diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya
diri (self belief). Ketiga, mengembangkan kemampuan berfikir secara
sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental.
Strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir (SPPKB)
Model
strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir (SPPKB) adalah model
pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui
telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan
masalah yang diajukan.
Kandungan dari
pengertian diatas, antara lain :
1.
SPPKB
adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berfikir
siswa, artinya diharapkan siswa memiliki pengembangan ide, gagasan, pemikiran
melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
2.
Telaah
fakta-fakta atau pengalaman anak merupakan dasar pengembangan kemampuan
berfikir, artinya pengembangan kemampuan berfikir didasarkan pada pengalaman
sosial anak dalam kehidupan sehari-hari atau berasal dari hasil pengamatan yang
dialami oleh anak.
3.
Sasaran
akhir SPPKB adalah kamampuan anak untuk memecahkan masalah sosial sesuai dengan
taraf perkembangan anak.
Pemikiran
merupakan proses dari Otak dalam mengakses informasi, untuk menciptakan pola
pemikiran Representatif. Sumber Pemikiran, antara lain :
1)
Bahasa
Simbolik (gambar, simbol, suara, perkataan, musik, video).
2)
Pengetahuan
tidak langsung (model mental, pola fisik, perasaan).
3)
Sensasi
Langsung (sentuhan, pemandangan, suara alamiah, pengalaman).[15]
Karakteristik
SPPKB
1.
Proses
pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara
maksimal.
2.
SPPKB
dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus,
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa.
3.
SPPKB
adalah model pembelajaran yang menyandarkan pada dua sisi penting, yaitu : sisi
proses dan hasil belajar.
Tahapan-tahapan
dalam SPPKB
·
Tahap
Orientasi
·
Tahap
Pelacakan
·
Tahap
Konfrontasi
·
Tahap
Inkuiri
·
Tahap
Akomodasi
·
Tahap
Transfer
Faktor yang mempengaruhi pemikiran, antara lain :
1)
Lingkungan.
2)
Keinginan
atau Kemauan.
3)
Pengalaman
Hidup.
4)
Gen.
5)
Pilihan
Hidup. [16]
Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Asas-asas
dalam Strategi Pembelajaran CTL
·
Konstruktivisme
·
Inkuiri
·
Questioning
(bertanya)
·
Learning
Community
·
Modeling
·
Reflection
·
Authentic
Assesment
Pembelajaran
Nyata (Authentic Learning)
Menurut
definisi, "belajar otentik" berarti pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini dengan cara yang relevan untuk
mereka.
Pembelajaran
otentik (Authentic Learning) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna
konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata dan proyek
yang relevan dengan siswa (Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah
‘otentik’ berarti asli, sejati, dan nyata (Webster’s Revised Unabridged
Dictionary, 1998). Pembelajaran ini dapat digunakan untuk siswa pada semua
tingkatan kelas, maupun siswa dengan berbagai macam tingkat kemampuan.
Kelebihan Authentic Learning
a) Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelaaran dapat
terjadi dimana saja.
b) Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana sosial
c) Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya
d) Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa memahami
materi secara utuh
Kelemahan Authentic
Learning
a) Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang
memiliki taraf intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan
secara aktif.
b) Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik, karena
materi yang sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi sosial.
c) Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk melaksanakannya.
[17]
PENUTUP
Dari pembahasan diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1)
Student Centered Learning
adalah sebuah sistem pembelajaran yang berusaha memusatkan subjek pembelajaran
pada peran aktif siswa dalam memahami dan memperoleh pengetahuan.
2)
Beberapa pendekatan dalam Student Centered Learning, antara lain :
a)
Pembelajaran
Kooperative (Cooperative Learning).
b)
Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Bassed Learning).
c)
Pembelajaran
Aktif (Active Learning).
d)
Pembelajaran
Inkuiri.
e)
Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB).
f)
Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL).
g)
Pembelajaran Nyata (Authentic
Learning).
DAFTAR PUSTAKA
Jensen, Eric. 2011. Brain-Bassed
Learning (Pembelajaran Berbasis Otak). Jakarta : PT. Indeks Permata
Puri Media.
Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi dan Metode Pembelajaran Buku 2. Cetakan
I. Pekalongan : STAIN Press.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Edisi I. Cetakan III. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohamad. 2012. Belajar Dengan Pendekatan
PAILKEM. Cetakan II. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Yamin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan
Pendidikan. Cetakan I. Jakarta : Gaung Persada Press.
http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/pembelajaran-otentik-outentic-learning.html diakses pada tanggal 3 November 2012 Pukul 17:35
[1] Zaenal Mustakim. Strategi
dan Metode Pembelajaran Buku 2. Cetakan I. (Pekalongan : STAIN Press.2009),
hlm 112-113.
[2] Ibid, hlm 113-114.
[3] Ibid, hlm 115
[4] Ibid, hlm
115-122
[5] Ibid, hlm
123-127
[6] Ibid, hlm
127-129
[7] Ibid, hlm
129-132
[8] Ibid, hlm 134
[9] Ibid, hlm
132-133
[10] Ibid, hlm
134-136
[11] Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Edisi I. Cetakan III. (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2006), hlm 135-138.
[12] Ibid, hlm
143-146
·
[13]
Hamzah B Uno
dan Nurdin Mohamad. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Cetakan II.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012), hlm.
79-95.
[15] Eric Jensen. Brain-Bassed Learning (Pembelajaran
Berbasis Otak). (Jakarta : PT. Indeks Permata Puri Media2011), hlm 194-195.
[16] Ibid, hlm
195-199
[17] http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/pembelajaran-otentik-outentic-learning.html diakses pada
tanggal 3 November 2012 Pukul 17:35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan bagi yang berminat
Check this out and Comment this