BAB II
Memahami Konsep Mutu
Mutu sebagai konsep yang Absolut
Sebagai konsep
yang absolut, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar, merupakan
suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam definisi yang absolut,
sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi yang
tidak dapat diungguli.
Produk-produk yang
bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal.
Produk-produk tersebut dapat dinilai serta membuat puas dan bangga para
pemiliknya. Seperti sebuah mobil yang bermutu adalah mobil hasil rancangan
istimewa, mahal dan memiliki interior dari kulit. Dalam hal ini, langka dan
mahal adalah dua nilai penting dalam definisi mutu. Mutu dalam pandangan ini
digunakan untuk menyampaikan keunggulan status dan posisi, serta kepemilikan
terhadap narang yang memiliki mutu, akan berbeda dari orang lain yang tidak
mampu memilikinya.
Sebenarnya, mutu
dalam pengertian yang sedemikian, lebih tepat disebut sebagai High Quality
atau Top Quality (Mutu Tinggi). Gagasan-gagasan absolut tentang mutu tinggi
hanya sedikit bersinggungan dengan konsep TQM. Makna absolut tersebut hanya ada
dalam diskusi tentang TQM. Oleh karena itu, ketika mutu diarahkan kepada hal
yang bersifat teknis, TQM tetap merasakan aura kemewahan dan statusnya.
Penggunaan bahasa
yang halus dan sublimminal iini dapat bermanfaat bagi tujuan-tujuan Publics
Relations, dan dapat membantu suatu institsi pendidikan mempromosikan
ide-ide tentang mutu. Dalam hal ini juga menunjukkan bahwa meraih mutu adalah
hasil dari upaya yang memperlihatkan standar-standar tinggi.
Konsep Relatif tentang Mutu
Mutu juga dapat digunakan sebagai suatu konsep yang relatif.
Pengertian ini digunakan dalam TQM. Definisi relatif dalam TQM tersebut
memandang mutu bukan sebagai atribut atau layanan, tetapi sesuatu yang berasal
dari produk atau layanan tersebut. Produk yang memiliki mutu, dalam konsep
relatif ini tidak harus mahal dan eksklusif.
Definisi relatif
tentang mutu memiliki dua aspek, yaitu (1) menyesuaikan diri dengan
spesifikasi, dan (2) memenuhi kebutuhan pelanggan. Definisi relatif tersebut,
biasa disebut dengan mutu sesungguhnya (quality in fact). Mutu
sesungguhnya merupakan dasar sistem jaminan mutu yang dianggap sesuai dengan
British Standards Institution dalam standar BS5750 atau standar internasional
identik dengan ISO9000.
Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan
melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah,
mutu sesuai persepsi (quality in perception). Tom Peters, dalam Thriving
On Chaos, membicarakan tentang peran penting pelanggan dalam menentukan mutu
dengan menekankan bahwa sebuah mutu yang dirasa (perceived quality) dari
sebuah produk bisnis atau jasa adalah faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan
produk atau jasa tersebut.
Peters bependapat
bahwa mutu yang didefinisikan oleh pelanggan jauh lebih penting dibandingkan
harga dalam menentukan permintaan barang dan jasa. Peters menemukan kenyataan
bahwa pelanggan akan selalu membayar lebih untuk mutu yang baik, tanpa
menghiraukan tipe produknya.
Kontrol Mutu, Jaminan Mutu, dan Mutu Terpadu.
Kontrol mutu
secara historis merupakan konsep mutu yang paling tua. Ia melibatkan deteksi
ddan eliminasi komponen-komponen atau produk gagal yang tidak sesuai dengan
standar. Ini merupakan sebuah proses pasca produksi yang melacak dan menolak
item-item yang cacat. Kontrol mutu biasanya dilakukan dengan metode Inspeksi
dan Pemeriksaan, dan telah digunakan dalam pendidikan untuk memeriksa
standar-standar pendidikan yang telah atau belum terpenuhi.
Jaminan mutu
merupakan metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kesalahan sejak awal
proses produksi. Jaminan mutu didesain untuk menjamin bahwa proses produksi
menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Philip
B. Crosby, tujuan dari jaminan mutu adalah menciptakan produk tanpa cacat (Zero
Defects). Selain itu, jaminan mutu merupakan pemenuhan spesifikasi produk
yang selalu baik sejak awal (right first time every time). Jaminan mutu lebih
menekankan tanggung jawab tenaga kerja dibandingkan inspeksi kontrol mutu,
meskipun sebenarnya inspeksi tersebut juga memiliki peranan dalam jaminan mutu.
Mutu terpadu (TQM)
merupakan perluasan dan pengembangan dari jaminan mutu. TQM adalah usaha untuk
menciptakan sebuah kultur mutu, yang mendorong semua anggota stafnya untuk
memuaskan pelanggan.
Konsep mutu
terpadu disesuaikan dengan perubahan harapan dan gaya pelanggan dengan cara
mendesain produk dan jasa yang memenuhi dan dan memuaskan mereka. Dengan
memuaskan pelanggan, bisa dipastikan bahwa mereka akan kembali lagi dan
memberitahu teman-temannya tentang produk atau layanan tersebut. Ini disebut
dengan istilah mutu yang menjual (sell-on quality).
Produk dari Pendidikan
Dalam memahami suatu mutu, terdapat dua alasan yang sangat
fundamental, yaitu : Produk dan Pelanggan. Dalam hal ini kita akan membahas
mengenai produk dari pendidikan.
Produk adalah
sebuah subjek dari proses jaminan mutu, dalam hal ini produsen harus mampu
menentukan dan mengontrol sumber persediaan. Proses selanjutnya bahan mentah harus
melewati sebuah atau beberapa proses standar yang telah ditetapkan, dan hasil
produksi harus mampu memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan dan didefinisikan sebelumnya.
Dalam hal
pendidikan, menghasilkan pelajar dengan standar jaminan tertentu adalah hal
yang mustahil. Menurut Lynton Gray, ia mengemukakan bahwa Manusia tidak sama,
dan mereka berada dalam situasi pendidikan dengan pengalaman, emosi, dan opini
yang tidak bisa disama ratakan.
Menilai mutu
pendidikan sangat berbeda dari memeriksa hasil produksi pabrik atau menilai
sebuah jasa. Ide tentang pelajar sebagai produk menghilangkan kompleksitas
proses belajar dan keunikan dari setiap individu pelajar.
Mutu Jasa (Service Quality)
Karakteristik mutu
jasa sulit didefinisikan dari pada mendefinisikan mutu produk, karena
karakteristik mutu jasa mencakup beberapa elemen subjek yang penting.
Jasa sangat
berbeda dari produksi dalam hal metode. Ada beberapa perbedaan penting antara
pemberian jasa dan penciptaan barang. Perbedaannya antara lain :
1.
Jasa
terjadi karena adanya hubungan kedekatan antara pelanggan dan pemberi jasa.
2.
Jasa
harus mampu memberikan pelayanan yang tepat waktu.
3.
Jasa
harus memiliki standarisasi selalu baik sejak awal.
4.
Jasa
selalu berada dalam posisi ketidakpastian.
5.
Staf
junior merupakan kunci utama dari kesuksesan jasa tersebut.
6.
Terdapat
kesulitan dalam mengukur tingkat keberhasilan dari sebuah jasa.
Tujuan utama dari analisis mutu adalah melihat pendidikan sebagai
industri jasa dari pada sebuah proses produksi. Pandangan seperti ini sangat
membutuhkan sebuah institusi untuk mendefinisikan jasa dan standar mutu yang
akan mereka berikan.
Pendidikan dan Pelanggannya
Setelah kita mampu mendefinisikan institusi pendidikan sebagai
pemberi jasa, maka sekarang saatnya untuk mendefinisikan pengertian pelanggan.
Bentuk jasa dalam pendidikan, antara lain : pemberian beasiswa, penilaian dan
bimbingan bagi para pelajar, para orang tua, dan para sponsor mereka.
Dalam konteks pendidikan, kita memberi arti pelanggan sebagai
Klien, Pelajar, atau Siswa. Dalam pendidikan penggunaan kata Pelanggan
dibedakan menjadi tiga, yaitu : Pelanggan utama (Pelajar/penerima jasa),
Pelanggan kedua (Orang tua, Birokrasi, sponsor), dan Pelanggan ketiga
(Pemerintah dan Masyarakat).
Keragaman pelanggan tersebut membuat seluruh institusi pendidikan
harus lebih memfokuskan perhatian mereka pada keinginan para pelanggan dan
mengembangkan mekanisme untuk merespon mereka.
Pelanggan Internal dan Eksternal dalam pendidikan
Dalam konteks
pendidikan terdapat dua macam pelanggan, yaitu Internal dan Eksternal,
Pelanggan Internal adalah para Staf dan Tenaga Kependidikan, sedangkan
pelanggan Eksternal adalah Pelajar, Orang tua siswa, Birokrasi, Pemerintah,
dsb.
Dalam mengoptimalkan
pelayanan terhadap Pelanggan (Eksternal), maka dibutuhkan adanya
koordinasi dengan para Staf (Pelanggan Internal). Hubungan Internal yang
kurang baik akan menghalangi perkembangan institusi, dan akhirnya akan membuat
pelanggan eksternal menderita.
Salah satu tujuan
TQM adalah untuk merubah institusi yang mengopersikannya menjadi sebuah tim
yang Ikhlas, tanpa konflik, dan kompetisi internal, untuk meraih sebuah tujuan
tunggal yaitu Kepuasan Pelanggan.
Mempertemukan Kebutuhan Pelanggan yang Bervariasi
Pandangan dan kebutuhan dari setiap kelompok pelanggan (Internal
dan Eksternal), tidak selalu sama terutama dalam sebuah institusi pendidikan
yang besar dan kompleks. Konflik kepentingan yang potensial dan aktual akan
selalu ada. Salah satu metode terbaik untuk memecahkan perbedaan kepentingan
adalah mengenali eksistensi mereka dan mencari inti dari isu-isu yang besar.
Terkadang sulit
untuk memastikan bahwa sudut pandang yang paling penting dalam institusi
pendidikan adalah sudut pandang pelajar. Namun ada kekuatan lain yang
berhadapan dengan sudut pandang tersebut, yaitu proses dan mekanisme dana.
Ketika kebutuhan pelajar dan mekanisme dana bertemu, institusi pendidikan akan
merasa kesulitan untuk mendahulukan pelajar. Hal utama yang menjadi penyebabnya
adalah cara kerja mekanisme dana yang menekankan efisiensi dalam mencapai mutu menurut
mekanisme dana tidak selamanya sesuai dengan mutu yang diharapkan pelanggan.
Dalam hal ini TQM
hanya memastikan bahwa proses institusi harus menempatkan sudut pandang pelajar
sebagai pusat dari setiap proses perencanaan strategis. Pendekatan TQM menjamin
pentingnya institusi menyadari isu-isu tersebut.
Kebutuhan dan gagasan para pelajar seharusnya
menjadi fokus utama dari setiap institusi pendidikan. Akan tetapi, hal ini
tidak berarti bahwa pandangan kelompok lainnya diabaikan. Pandangan mereka juga
tetap diperhitungkan. Namun, dalam hal ini Pelajar adalah alasan berdirinya
sebuah institusi pendidikan dan reputasi institusi pendidikan it sendiri ada di
pundak para pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan bagi yang berminat
Check this out and Comment this